Selasa, 20 Juli 2010

SEKILAS TENTANG BRUNNSTROM
Oleh : Arif Yulianto

Metode terapi latihan khusus untuk penderita hemioplegi, dengan cara membangkitkan pola sinergis dengan menggunakan reaksi asosiasi. Penerapan klinis metode Brunnstrom yang dinamakan Movement Therapy a Neurophysiology Approach, pertama kali dilakukan tahun 1961 dan disempurnakan sampai tahun 1965.


Pendekatan terapi Brunnstrom berdasarkan pada teori ;
1. Synergi
Konsep dasar pendekatan Brunnstrom adalah pendekatan sinergi, hubungan otot ke dalam unit-unit fungsional. Pergerakan atau pola motor terjadi pada level spinal cord. Pola sinergi dapat dihasilkan dari stimulus refleks atau usaha kemauan sendiri.

2. Teori system
Dasar teori system adalah konsep feedback/masukan, bagian-bagian dari keseluruhan berkomunikasi satu dengan yang lain. System saraf sebagai suatu elemen yang aktif ketika dia melakukan treatment terhadap pasien hemiplegi. Dia memfasilitasi refleks hanya untuk mempercepat recovery pasien dari kontrol gerakan secara sengaja. Paasien didorong untuk memulai dan menentukan gerakan mereka dengan terlebih dahulu mendapatkan kontrol terhadap pola sinergis. Dengan membangun kemampuan ini dia membantu pasien mendapatkan peningkatan jumlah pola gerakan.

3. Asimetri Fungsional Otak
Ada perbedaan yang berkaitan dengan hemiplegi kiri dan hemiplegi kanan. Aphasia terjadi pada hemiplegi kanan dan gangguan persepsi spasieal yang mengikuti hemiplegi kiri. Hemisfer otak kiri berfungsi untuk mengontrol bagian kanan tubuh dan untuk komunikasi, bila terjadi kerusakan mengalami gangguan pengertian (membaca, dan menulis), gangguan kesalahan bahasa (kesalahan memilih kata/pengucapan). Hemisfer otak kanan berfungsi untuk mengontrol tubuh kiri, bila terjadi kerusakan terjadi gangguan fungsi kognitif, gangguan intelektual.

Garis besar prosedur pengobatan dengan terapi latihan Brunnstrom ;
1. Pada fase-fase awal penyembuhan (fase 1 sampai 3)
Tujuan pengobatan untuk membangkitkan sinergi, baik dilengan maupun di tungkai. Latihannya menguasai gerakan sinergi secara volunteer. Pasien di bimbing dan diarahkan terhadap gerakan sinergis sehingga akhirnya penderita mampu melakukan gerakan masal/sinergis tadi secara baik. Latihan gerakannya dengan cara ; reaksi asosiasi dan menggunakan beberapa refleks primitif. Untuk memperkuat respon dilakukan ATNR, STNR, stretch reflex. Juga diperkenalkan gerakan reversal yaitu gerakan bolak-balik antara sinergis ekstensor dan fleksor. Menggunakan pola gerak tersebut dalam berbagai aktifitas sehari-hari.

2. Tahap Penyembuhan Fase 4 dan 5
Tujuan terapinya untuk mendapatkan gerakan volunteer di luar pola sinergi. Langkah-langkahnya dengan memecah belah gerakan sinergi, dilakukan secara bertahap.dilakukan impuls sensoris dengan tapping dan squesing/deep kneeding.

3. Tahap Penyembuhan Fase 6
Tujuan terapinya untuk memperbaiki koordinasi gerakan yang lebih halus dan terjadi ketepatan gerakan, terutama fungsi membuka dan menutup tangan ; misal menulis.

Tahap-tahap pemyembuhan dan pola sinergis.
Tahap-tahap penyembuhan inilah oleh Brunnstrom dipakai sebagai patokan dalam pemeriksaan pendahuluan. Adapaun tahap-tahap penyembuhan itu adalah :
Tahap 1 : flaksid. Penderita tidak dapat menggerakkan anggota badan yang lumpuh.

Tahap 2 : spastisitas mulai timbul. Penderita mulai dapat menggrakkan sebagian anggota yang lumpuh baik secara volunteer, maupun terjadi oleh timbulnya reaksi asosiasi.

Tahap 3 : Spastisitas menjadi semakin nyata. Penderita dapat menggerakkan anggota tubuh hanya dalam pola sinergis massal. Reaksi asosiasi yang terjadi juga lebih besar dan dalam pola yang sama dengan sinergisnya.

Tahap 4 : Spastisitas mulai menurun. Penderita mulai dapat menggerakkan anggota tubuhnya di luar pola sinergis. Ada 3 gerakan kombinasi yang merupakan cirri tahap 4 yaitu ; meletakkan tangan di belakang tubuh, mengangkat lengan lurus ke depan, dan dapat melakukan gerakan pronasi-supinasi pada posisi siku fleksi 90.

Tahap 5 : Spastisitas minimal. Penderita dapat melakukan gerakan kombinasi yang lebih kompleks di luar pengaruh sinergis. Gerakan-gerakan yang dipilih untuk mewakili tahap ini adalah : mengangkat lengan lurus ke atas (fleksi bahu lebih dari 90 derajat dengan siku lurus).

Tahap 6 : penderita sudah dapat melakukan banyak kombinasi gerakan dengan koordinasi yang cukup baik, yang jika dilihat sepintas tampak normal.

Motor behaviour pada orang dewasa menurut Brunnstrom diistilahkan dengan sinergi. Pola sinergis pada hemiplegi adalah ;
1. Sinergis fleksor lengan, terdiri :
a. Retraksi dan elevasi bahu.
b. Eksternal rotasi dan abduksi sampai 90 pada bahu
c. Fleksi siku
d. Supinasi lengan bawah
e. Fleksi pergelangan tangan dan fleksi jari-jari

2. Sinergis ekstensor lengan, terdiri ;
a. Protaksi sendi bahu
b. Internal rotasi dan adduksi bahu
c. Ekstensi siku
d. Pronasi lengan bawah
e. Pergelangan tangan ekstensi dan jari-jari fleksi.

3. Sinergis fleksor tungkai, terdiri ;
a. Hip fleksi, abduksi dab eksternal rotasi
b. Lutut fleksi 90
c. Pergelangan kaki inversi dan dorsi fleksi
d. Jari-jari dorsi fleksi

4. Sinergis ekstensor tungkai, terdiri ;
a. Hip fleksi, adduksi dan internal rotasi
b. Lutut ekstensi atau hiper ekstensi
c. Pergelangan kaki inversi dan plantar fleksi
d. Jari-jari fleksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar